Pelopornews.co.id — Pekalongan –Sebuah video yang memperlihatkan seorang lelaki tua dan seorang pria berbadan besar sedang adu mulut viral di media sosial dan grup WhatsApp. Baru-baru ini diketahui bahwa pria besar dengan rambut ala mohawk tersebut adalah pemimpin Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) di Kabupaten Pekalongan.

Dalam video selama 2 menit 51 detik, lelaki tua yang duduk meminta lawannya untuk melapor ke polisi tanpa harus membuat keributan di rumahnya. Namun, setelah terus berdebat, lelaki tua tersebut tersungkur setelah ditanduk perutnya oleh salah satu pria yang sejak awal hanya diam berdiri disebelahnya.
Pria berbadan besar tersebut menantang untuk terus dividiokan sambil mencecar dengan kasar, tanpa bisa menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya. Untuk mencari tahu duduk perkara yang sebenarnya, awak media mencoba mengkonfirmasi viralnya video tersebut ke pemilik akun Facebook, Mustofa Amin.
“Benar, kejadiannya pada hari Jum’at yang lalu bertepatan dengan lebaran tanggal 21 April 2023,” ungkap Mustofa, Selasa (2/5/2023).
Menurut Mustofa, ia didatangi oleh sekitar 35 anggota Ormas Linduaji dengan cara tidak sopan dan kasar pada Jumat tanggal 21 April 2023. Mereka membuat keributan yang tidak jelas dan menimbulkan ketakutan seisi rumah bahkan akses keluar rumah pun dikepung.
Selain itu, Mustofa juga disikut dengan siku tangan oleh salah satu anggota Ormas Linduaji yang dipimpin oleh saudara Duwel.
“Iya saya disikut hingga terdorong jatuh, ada itu di vidionya. Mereka tiba-tiba saja datang ke rumah lalu marah-marah terkait postingan saya di Facebook ‘Pendopo Penuh Misteri’ tapi anehnya mereka ngamuk tapi gak bisa menjelaskan alasannya padahal tidak ada kalimat yang menyinggung siapapun,” beber Mustofa.
Atas kejadian tersebut dirinya sempat melaporkan ke Polsek Kedungwuni, namun disarankan untuk melapor ke Polres Pekalongan di Kajen. Mustofa merasa heran karena Ormas tersebut marah-marah padahal postingan Facebook-nya, “Pendopo Penuh Misteri,” tidak menyinggung siapapun.
(Edy-CNT).
Waduh….. kalau kritik diredam dengan Gerudukan LSM maka Demokrasi di Kabupaten Pekalongan berarti sedang tidak baik-baik saja.
Harusnya sebuah kritik dibalas dengan pembuktian bahwa kritik itu salah, bila memang salah. Lampirkan bukti-bukti kongkrit.
Terlebih kritik disampaikan melalui Medsos, bila memenuhi unsur semisal Penyebaran Berita Bohong, pencemaran nama baik atau Perbuatan tak menyenangkan maka cukup laporkan ke Aparat Penegak Hukum.
Bila seperti ini.
Pekalongan sedang tidak baik-baik saja.