Berita

Krisis Aceh Memuncak: LPSA Serukan Gerakan Relawan, Terinspirasi Semangat Laksamana Malahayati


Penulis : Redaksi Pelopornews

Krisis Aceh Memuncak: LPSA Serukan Gerakan Relawan, Terinspirasi Semangat Laksamana Malahayati

Aceh – Pelopornews.co.id – Krisis multidimensi yang melanda Aceh semakin mengkhawatirkan. Di tengah pemadaman listrik berkepanjangan, lonjakan harga beras hingga Rp150.000 per kilogram, serta memburuknya kondisi kesehatan masyarakat, Lembaga Pejuang Srikandi Aceh (LPSA) menyerukan gerakan besar relawan kemanusiaan untuk membantu warga terdampak.

Seruan ini disampaikan menyusul pesan tokoh Aceh, Teuku Imran SS, yang menegaskan bahwa LPSA lahir dari inspirasi perjuangan Laksamana Malahayati—sosok perempuan pertama di dunia yang memimpin armada laut dan berhasil menggentarkan Portugis serta Belanda.

“Lembaga Pejuang Srikandi Aceh itu terinspirasi dari perjuangan seorang keturunan bangsawan Aceh yang ahli dalam pertempuran dan strategi maritim, yaitu Laksamana Keumalahayati, putri Sultan Laksamana Mahmud Syah dan cucu dari Laksamana Said Syah dari Kesultanan Aceh,” ujar Teuku Imran.

“Semangatnya menjadi spirit perjuangan untuk membantu rakyat Aceh hari ini.”

Dalam sepekan terakhir, sejumlah kabupaten melaporkan pemadaman listrik ekstrem yang mencapai 20 hingga 30 jam per hari. Rumah sakit, sekolah, hingga usaha kecil terpaksa menghentikan aktivitas karena keterbatasan energi.

“Kami tidak tahu kapan listrik kembali normal. Semua aktivitas terganggu,” keluh Rahman, warga Aceh Utara.

Belum ada penjelasan resmi yang tuntas dari pihak terkait, sementara warga terus bertahan dengan genset seadanya atau hanya menggunakan lilin.

Situasi makin genting ketika harga beras melambung hingga Rp150.000 per kilogram. Pasokan menipis akibat gangguan distribusi dan hasil panen yang menurun karena cuaca ekstrem.

“Stok mulai habis. Banyak warga membeli hanya secukupnya,” ujar Nuraini, pedagang di Banda Aceh.

Kenaikan harga ini menjerat masyarakat berpenghasilan rendah dalam situasi sulit, bahkan sebagian keluarga mulai kesulitan memenuhi kebutuhan makan harian.

Gabungan masalah energi dan pangan kini berbuntut pada krisis kesehatan:

Kasus diare meningkat karena makanan cepat basi tanpa kulkas.

Balita dan lansia terancam kekurangan gizi akibat minimnya makanan layak.

Rumah sakit kesulitan menjaga obat dan vaksin yang membutuhkan suhu tertentu.

Penderita penyakit kronis terganggu akses pengobatannya.

Tenaga medis memperingatkan bahwa situasi ini dapat memburuk menjadi krisis kesehatan besar jika tidak segera ditangani.

Melihat kondisi kritis ini, LPSA mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya jejaring relawan, untuk segera turun memberikan bantuan. Menurut Bertus, panggilan ini juga sejalan dengan arahan Teuku Imran SS, yang meminta agar seluruh jaringan LPSA “mengondisikan relawan peduli bantuan bencana Aceh melalui LPSA”.

LPSA menekankan bahwa semangat perjuangan Laksamana Malahayati menjadi simbol bahwa Aceh memiliki sejarah besar dalam menghadapi badai—dan bahwa semangat itu harus dihidupkan kembali melalui gotong royong kemanusiaan.

Aktivis kebencanaan, tokoh masyarakat, dan LPSA mendesak pemerintah pusat dan provinsi untuk segera:

menetapkan status darurat energi dan pangan,

melakukan stabilisasi pasokan beras,

memperbaiki infrastruktur listrik,

serta mempercepat penyaluran bantuan logistik ke wilayah terdampak.

“Ini sudah menyentuh kebutuhan dasar rakyat. Pemerintah harus turun langsung sebelum situasi makin parah,” tegas salah satu aktivis kemanusiaan di Aceh.

(Bertus/Ifl)

Leave a Reply

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE