Pemerintahan

Sumatera Selatan: Raksasa Tidur di Bidang Pangan


Penulis : Redaksi Pelopornews

Sumatera Selatan: Raksasa Tidur di Bidang Pangan

Sumatera Selatan, Pelopornews.co.id – Sumatera Selatan (Sumsel) merupakan salah satu provinsi terbesar di Pulau Sumatera dengan luas wilayah sekitar 87.017,41 km². Wilayah ini memiliki bentang alam beragam, mulai dari dataran rendah, perbukitan, pegunungan, hingga lahan rawa dan pasang surut yang luas—potensi besar bagi sektor pertanian.

Provinsi ini terbagi menjadi 13 kabupaten dan 4 kota, dengan Palembang sebagai ibu kota. Julukan “raksasa tidur” disematkan karena potensi pangan Sumsel yang luar biasa besar belum tergarap optimal, padahal memiliki peluang menjadi lumbung pangan nasional, bahkan dunia.

Potensi Besar yang Dimiliki

Berdasarkan Keputusan Menteri ATR/BPN Nomor 446.1/SK-PG.03.03/V/2024 tentang Penetapan Luas Lahan Baku Sawah Nasional Tahun 2024, luas lahan baku sawah di Sumsel mencapai 519.484 hektare. Sementara itu, data BPS Sumsel mencatat produksi padi tahun 2024 sebesar 2,91 juta ton gabah kering giling (GKG), naik 2,71% dibanding tahun 2023.

Faktor pendukung potensi besar tersebut meliputi:

  • Luas Lahan Rawa Lebak & Pasang Surut: Sekitar 1,7 juta hektare, dengan 0,3–0,4 juta hektare sudah dikelola aktif, dan ±0,1 juta hektare sedang dioptimalkan.

  • Iklim & Tanah Mendukung: Curah hujan tinggi dan tanah subur cocok untuk berbagai tanaman pangan.

  • Varietas Padi Unggul: Penelitian varietas padi tahan kondisi rawa terus dikembangkan.

  • Komitmen Pemerintah: Sumsel ditetapkan sebagai provinsi prioritas lumbung pangan nasional.

Mengapa Disebut “Raksasa Tidur”?

Meski berpotensi besar, pengelolaan lahan belum maksimal. Beberapa tantangan utama:

  • Pemanfaatan minim: Sebagian besar lahan rawa belum dioptimalkan.

  • Tantangan teknis: Tanah sulfat masam potensial, salinitas, dan kebutuhan infrastruktur tata air kompleks.

  • Akses sulit: Banyak wilayah potensial sulit dijangkau.

  • Alih fungsi lahan: Ancaman konversi menjadi non-pertanian.

  • Dampak lingkungan: Risiko degradasi tanah, kebakaran lahan gambut, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Langkah Membangunkan “Raksasa Tidur”

Pemerintah pusat dan daerah, bersama pemangku kepentingan, melakukan berbagai upaya:

  1. Dukungan anggaran untuk memperkuat kedaulatan pangan melalui skema pembiayaan bersama pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

  2. Program Optimalisasi Lahan Rawa (OPLAH) & cetak sawah baru, sesuai rencana pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

  3. Pembangunan tata air modern untuk mengatasi keasaman dan salinitas tanah.

  4. Pengembangan varietas unggul padi adaptif dan produktif.

  5. Pendampingan & pelatihan petani guna meningkatkan kapasitas SDM pertanian sesuai kondisi wilayah.

  6. Penyediaan pupuk & sarana produksi dengan memanfaatkan pabrik pupuk lokal.

  7. Hilirisasi hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani.

  8. Klasterisasi komoditas sesuai potensi tiap daerah (pangan, peternakan, perikanan, perkebunan).

  9. Sinergi Koperasi Desa Merah Putih dengan BUMD/BUMN di sektor pangan untuk memperkuat distribusi.

Dengan pengelolaan tepat, dukungan teknologi, dan komitmen semua pihak, Sumatera Selatan dapat bangun dari “tidur panjangnya” dan menjadi salah satu lumbung pangan utama Indonesia, sekaligus berkontribusi pada ketahanan pangan global.

(af)

Leave a Reply

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE