Pemerintahan

Hari Anak Nasional 2025, dr. Michael Leksodimulyo Dorong Surabaya Perkuat Perlindungan dan Kesehatan Anak


Penulis : Redaksi Pelopornews

Hari Anak Nasional 2025, dr. Michael Leksodimulyo Dorong Surabaya Perkuat Perlindungan dan Kesehatan Anak

SURABAYA, Pelopornews.co.id -Memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli, dr. Michael Leksodimulyo, anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya dari Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), menyampaikan apresiasi terhadap berbagai kemajuan pembangunan anak di Kota Surabaya, sembari menyoroti tantangan-tantangan krusial yang masih dihadapi anak-anak di era modern.

Dalam pernyataannya, dr. Michael mengungkapkan rasa syukurnya atas penurunan signifikan angka stunting di Surabaya, yang menurutnya hampir tidak ditemukan lagi berdasarkan data terakhir. Namun, ia juga mendorong agar data tersebut terus diawasi dan tidak hanya sekadar menjadi angka administratif.

“Saya apresiasi kerja keras puskesmas, UKS, dan kader Posyandu yang selama ini berjuang memerangi stunting. Tapi tentu kita juga harus jujur dalam membaca data. Apakah tidak ditemukan atau tidak dimasukkan? Itu tetap harus diawasi,” ujarnya kepada awak media Rabu (23/7).

Dalam aspek pendidikan, dr. Michael menyampaikan dukungan terhadap sistem penerimaan peserta didik berbasis zonasi yang dinilai lebih adil dan transparan.

“Sistem digitalisasi penerimaan siswa berdasarkan radius dan prestasi telah menutup celah praktik kecurangan. Ini langkah yang baik,” kata dia.

Lebih lanjut, ia menilai pentingnya membiasakan anak-anak berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah sebagai bagian dari budaya hidup sehat.

“Di negara maju seperti Jepang atau Australia, anak-anak berjalan kaki ke sekolah. Itu mendidik mereka menjadi lebih mandiri, sehat, dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar,” tambahnya.

Ia menekankan bahwa gaya hidup mengantar anak ke sekolah dengan kendaraan pribadi justru menghambat perkembangan sosial dan kesehatan anak karena kurang terpapar sinar matahari dan minim interaksi sosial dengan tetangga.

dr. Michael juga menyoroti maraknya kekerasan verbal dan psikologis terhadap anak yang meningkat seiring memburuknya kondisi ekonomi keluarga pasca-PHK dan penutupan perusahaan di berbagai sektor.

“Banyak orang tua yang mengalami tekanan ekonomi melampiaskannya ke anak. Ini menyebabkan anak-anak mengalami gangguan perkembangan psikologis, menurunkan nafsu makan, serta berdampak pada kecerdasan dan tumbuh kembang mereka,” jelasnya.

Menurutnya, anak-anak butuh “jendela komunikasi” atau saluran untuk menyampaikan keluhan dan perasaannya, baik kepada orang tua, guru, tetangga, maupun pihak sekolah.

Dalam momentum Hari Anak Nasional ini, dr. Michael mendorong Pemkot Surabaya untuk membangun sistem layanan psikologis yang dapat diakses secara langsung oleh anak-anak, khususnya melalui teknologi digital.

“Setiap anak sebaiknya memiliki akses digital—melalui link atau kanal khusus—untuk bisa menghubungi pemerintah atau layanan psikologi anak ketika mengalami kekerasan atau tekanan,” katanya.

Ia menilai, membangun “call center anak” atau sistem pelaporan daring lebih efisien ketimbang membangun infrastruktur fisik seperti rumah anak.

“Anak-anak sekarang sudah terbiasa dengan gadget. Maka manfaatkan itu. Kalau mereka mendapatkan kekerasan, mereka bisa lapor langsung lewat link itu. Pemerintah bisa cepat tanggap dan DP3A bisa langsung bertindak,” imbuhnya.

dr. Michael menutup pernyataannya dengan menekankan bahwa memperingati Hari Anak Nasional tidak cukup hanya dengan upacara seremonial.

“Perayaan Hari Anak seharusnya ditandai dengan langkah nyata perlindungan dan pendampingan anak, bukan hanya upacara,” tegasnya. (Nita)

 

Leave a Reply

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE